Dengan memilih tempat itu rasanya aku
sudah berusaha memenuhi permintaan orang tuaku, yaitu agar hidup
prihatin. Namun ternyata nasib membawaku lain dan melenceng dari misi
semula ini. Sudah dua tahun aku kost di daerah itu, sehingga aku sudah
kenal baik dengan semua masyarakat penghuni kampung itu. Aku sudah
dianggap sebagai warga karena kesupelanku dalam bergaul. Nah dari
kesupelanku itulah aku sudah terbiasa bercanda dengan setiap penduduk
dari anak kecil hingga nenek-nenek. Suatu hari pada saat liburan
semester, aku tinggal di tempat kost sendiri karena memang aku tidak
pulang maklum aku aktif di kegiatan kampus. Waktu itu sedang musim
kemarau sehingga banyak sumur penduduk yang kering, hanya sumur di
tempat kost ku itulah yang masih cukup banyak airnya sehingga banyak
tetangga yang ikut minta air dan bahkan ikut mandi di kost-ku. Dan
diantara mereka ada satu tetanggaku yang waktu itu umurnya mungkin hanya
terpaut 7 atau 8 tahun di atasku, namanya Mbak Narsih (samaran).
Perawakannya sedang tidak begitu tinggi (tingginya sekitar 158 – 160
Cm), tetapi bodynya tidak kalah dengan pesenam aerobik deh. Kulitnya
sawo matang khas wanita Jawa dan wajahnya manis sekali, terutama pada
saat tersenyum.. aduh makk! Dia sudah punya suami dan dua orang anak
yang masih kecil yang pada saat itu umurnya baru 4 dan 2 tahunan. Dia
berjualan barang-barang kelontong di dekat kost-ku. Nah suatu hari..
seperti biasa pagi pagi sekali Mbak Narsih ketok-ketok pintu tempat kost
ku..biasa mau ikutan ambil air dan sekaligus mandi.
“Dik.. Dik.. cepet tolong bukain pintunya!” dia berteriak agak tak sabaran.
“Iya bentar Mbak..” jawabku sambil setengah mengantuk.
“Kok lama banget to Dik..” suaranya terdengar tak sabar.
“Ada apa sih Mbak kok nggak sabar sekali?” tanyaku saat kubuka pintu untuknya.
Wajahnya nampak meringis menahan sesuatu. Rupanya dia sudah mulas dan hendak buang hajat dari tadi.
“Anu Dik.. aku sakit perut nih” Katanya agak malu.
Begitu pintu terbuka ia langsung lari
terbirit-birit masuk KM dan membanting pintu. Rupanya sang beban sudah
hampir keluar.. pikirku.
“Sorry ya Dik.. tadi Mbak nggedor-nggedor”, katanya.
“Habis perut Mbak udah mulas dan di rumah
nggak ada air.. itu lho bapaknya anak-anak semalam enggak pulang jadi
Mbak belum sempat ngisi air di rumah.. maafin Mbak ya”.
“Ah enggak apa-apa kok Mbak, saya malah
harus berterima kasih udah dibangunin sama Mbak.” Sejak itu hubunganku
dengan Mbak Narsih jadi tambah akrab. Hingga pada suatu siang, aku ingat
hari Kamis, Mbak Narsih datang ke tempat kostku. Siang itu ia kelihatan
manis sekali dengan memakai baju kaos lengan panjang warna krem ketat
yang mencetak tubuhnya.
“Eh Dik Wawan.. hari ini ada acara enggak?” tanyanya begitu kutemui di teras depan.
“Mm.. kayaknya enggak Mbak.. memang ada apa Mbak?” tanyaku agak penasaran.
“Anu Dik.. kalau tidak keberatan nanti adik Mbak ajak pergi ke Gml mencari bapaknya anak-anak, Dik Wawan enggak keberatan kan?”
“Lho memangnya Mas Gun disana di rumah siapa Mbak?” tanyaku semakin penasaran.
“Anu Dik.. katanya orang-orang Mas Gun
sudah punya istri simpanan di sana.. jadi Mbak mau melabrak.. tapi Mbak
nggak berani sendirian.. jadi Mbak minta tolong Dik Wawan nganter Mbak
ke sana”.
“Baiklah Mbak.. tapi saya enggak mau ikut
campur dengan urusan Mbak lho” kataku menyanggupi permintaannya.
Sorenya kami berdua dengan sepeda motor milik Mbak Narsih berboncengan
kearah Gml, + 27 KM sebelah utara kota S arah ke Pwd. Mbak Narsih
membawa sebuah tas yang cukup besar. Aku jadi curiga, tetapi tetap diam
saja.. pokoknya wait and see lah prinsipku. Kami tak banyak bicara saat
dalam perjalanan. Hingga setelah sampai ke Gml aku baru bertanya letak
rumahnya.
“Oh.. itu.. itu masih terus ke utara Dik..” jawabnya agak tergagap.
Kecurigaanku makin mendalam tetapi tetap diam saja sambil kuikuti permainannya.
“I’ll follow the game” begitu pikirku,
toh tidak ada ruginya dengan wanita yang cukup menarik ini. Kami terus
ke utara hingga sampai ke tempat dimana terdapat gerbang bertuliskan
“Obyek Wisata Gn Kmks”.
“Lho kok ke sini to Mbak.. apa enggak kebablasan?” Tanyaku agak bingung.
“Anu.. anu sebenarnya Mbak enggak mencari
Mas Gun kok Dik.. tapi Mbak mau ziarah ke sini..” Jawabnya agak
khawatir kalau aku marah.
Aku kasihan juga melihatnya saat itu yang
begitu ketakutan. Aku Cuma menghela napas.. tapi tidak ada ruginya kok
bagiku. Toh Mbak Narsih orangnya cukup manis dan menarik jadi
berlama-lama berdekatan dengannya juga tidak rugi pikirku menghibur
diri. Sigkat cerita aku dan Mbak Narsih mengikuti ritual yang harus
dilakukan di sana. Ternyata bukan hanya kami berdua yang ada di sana.
Ratusan bahkan mungkin ribuan orang datang ke sana sore itu. Semuanya
mempunyai tujuan yang sama “Berziarah” (atau berzinah barangkali lebih
tepatnya). Soalnya yang aku dengar kalau berziarah ke sana untuk mencari
berkah harus berpasangan yang bukan suami-istri dan harus “Tidur”
bersama di sekitar cungkup (makam) yang ada di sana. (Mungkin ini ritual
mencari kekayaan yang paling nikmat di dunia.. he.. he.. he)! Setelah
mengikuti berbagai ritual dan prosesi, selesailah sudah acara mohon
berkah. Sekarang tinggal ‘finishing’-nya, yaitu tidur bersama! Aku
sendiri menjadi panas dingin membayangkan aku harus tidur dengan seorang
wanita! Gila.. ini benar-benar pengalaman pertama bagiku. Seumur umur
belum pernah berdekatan dengan wanita.. apalagi harus tidur bersama! Dan
katanya harus 7 kali malam Jum’at berturut-turut pula! Gila!
Benar-benar tur gila.. asyiik!
“Eh Dik Wawan sudah punya pacar belum?” tanya Mbak Narsih memecah kesunyian.
“Eh.. mm. anu.. bbel.. belum Mbak” jawabku agak tergagap soalnya lagi ngelamun yang lain lagian pikiranku sedang bingung.
Mbak Narsih mungkin tahu apa yang
kurasakan jadi dia Cuma diam saja dan menggandengku mencari tempat untuk
menggelar tikar (Rupanya Mbak Narsih sudah mempersiapkan segalanya dari
rumahnya.. sontoloyo makiku dalam hati, tapi aku juga senang juga
membayangkan mau tidur dengan wanita semanis Mbak Narsih ini). Rupanya
mencari tempat yang “Sesuai” (dalam artian sepi dan aduhai) di sekitar
cungkup pada malam itu susah juga. Aku yang baru kali itu mengunjungi Gn
Kmks takjub sekali dengan pemandangan yang kulihat disana. Bukan
keindahan alamnya yang kukagumi, tetapi begitu banyaknya pasangan yang
memenuhi lokasi sekitar cungkup bak ikan bandeng dijajar-jajar. Gilanya
semua mungkin bukan pasangan suami-istri yang sah (Kalau boleh kukatakan
ini namanya “Perzinahan masal” bukannya “Perziarahan masal”). Cukup
lama kami mencari tempat untuk bermalam di tempat terbuka. Rupanya malam
Jum’at Pon ini adalah hari “Raya”-nya Gn Kmks. Ramainya mungkin malah
melebihi keramaian di Kota S. Dan semua pasangan itu rela “Tidur”
bersama di tempat terbuka berjajar-jajar tanpa sekat pelindung yang
membatasi privasi dengan pasangan lain di sebelahnya. Akhirnya setelah
cukup lama mondar-mandir melewati jalan setapak nan gelap dan di
kanan-kirinya bergelimpangan pasangan yang sedang melakukan “Laku” tidur
bersama, kami menemukan tempat yang kami anggap ’sesuai’ bagi kami.
“Disini saja Dik Wawan.. tempatnya masih longgar” kata Mbak Narsih
sambil melepas gandengannya dan mulai menggelar tikar yang dibawanya. Di
sebelah kanan dan kiriku ada pula pasangan yang sudah terlebih dahulu
menempati kapling mereka. Jadi aku dan Mbak Narsih termasuk datang agak
terlambat. Setelah basa-basi sejenak dengan tetangga kanan-kiri kami pun
rebahan sambil berpelukan dalam gelap di tempat terbuka lagi. Aku yang
masih lugu tak tahu harus berbuat apa. Soalnya seumur-umur baru kali
inilah aku memeluk seorang wanita dewasa. Tanganku diam saja sementara
debar jantungku tak teratur. Mbak Sum yang semula hanya memeluk,
perlahan-lahan mulai mengelus dadaku salah satu pahanya ditumpangkannya
di atas pahaku. Kontan saja batang kemaluanku mengeras.. tapi aku tak
berani berbuat apa-apa. Saat itu kurasakan kalau tubuh bagian bawah Mbak
Narsih terbungkus sarung, karena salah satu pahanya menindih pahaku.
Napasku semakin memburu dan jantungku berdebar kian keras saat ia mulai
meraba-raba puting dadaku.
“Dik ikutan masuk sarung aja biar hangat” bisiknya pelan seolah takut terdengar pasangan yang ada di samping kami.
“Ba.. baik Mbak..” Jawabku juga pelan.
Lalu dengan hati-hati sekali aku mulai
ikut memasukkan tubuh bagian bawahku ke sarung yang dipakai Mbak Narsih.
Jadi sekarang satu sarung berdua..! Aku sangat terkejut saat tubuh
bagian bawahku masuk ke dalam sarung. Ternyata Mbak Narsih tidak memakai
selembar ain pun pada tubuh bagian bawahnya. Celana panjang yang tadi
dipakainya sekalian celana dalamnya rupanya sudah dilepaskannya secara
diam-diam saat mengenakan sarung tadi. Aku jadi serba salah, mau gerak
tak berani mau diam kok seperti ini..! Batang kemaluanku yang dari tadi
sudah keras menjadi semakin keras memberontak dalam celanaku. Apalagi
tanpa dapat kucegah tangan Mbak Narsih mulai meraba-raba batang
kemaluanku dari luar celanaku. Napasku kian memburu mendapat perlakuan
seperti itu. “Ayoo.. pegang dada Mbak.. Dik..” bisik Mbak Narsih dengan
napas yang juga sudah mulai memburu.
Aku dengan terpaksa (karena gak kuat
menahan napsu..) mulai menggerakkan tanganku dan meraba-raba dada Mbak
Narsih dari luar gaunnya.. Kurasakan dadanya begitu sekal dan kenyal..
mungkin semua wanita begitu kali ya.. Napas kami semakin memburu tangan
kami saling meraba dalam gelap.. (Mungkin.. ini yang dimaksud dengan
peribahasa ’sedikit bicara banyak bekerja’ kali ya..? pinter juga tuh
orang yang bikin peribahasa ini.. atau mungkin dia nemu peribahasa gini
saat lagi begituan kali!) Napasku seolah terhenti saat tiba-tiba batang
kemaluanku sudah digenggam Mbak Narsih dan dielus-elus dengan
lembutnya.. luar biasa.. benar-benar pengalaman terhebat yang pernah aku
rasakan saat itu! Tubuhku meliuk-liuk menahan nikmat yang tiada tara
saat tangan halus Mbak Narsih mengurut dan meremas batang kemaluanku..
kedua biji pelirku pun dielusnya dengan penuh kasih sayang.. aduh makk!
“Mbak.. ahkk..” bisikku pelan-pelan tanpa berani bersuara keras-keras..
“Masukkan tanganmu Dik.. remas tetek
Mbak.. ayoo..” bisik Mbak Sum yang menyadarkanku. Sebenarnya tanpa
disuruh pun aku sudah ingin meraba langsung bukit menggairahkan itu.
Segera dengan semangat 45 (Ini kan jamannya tujuh-belas Agustusan) bak
pejuang kita dahulu, aku menyusupkan tanganku ke dalam kaos ketatnya
dari bagian bawah dan mulai mencari-cari bukit kenyal di dada Mbak
Narsih. Tanganku terus meraba dan bergerak liar di dalam kaus Mbak
Narsih dan terpeganglah apa yang kudambakan. Kusibak BH yang masih
menempel dan tanganku bergerak liar di balik BH itu. Begitu gemas
rasanya aku meremas dan meraba (boso jowone “Ngowol”) kedua bukit kembar
itu bergantian. “Och.. ter.. terushh.. Dikk.. ouch..” Kudengar Mbak Sum
berbisik pelan sekali ditelingaku dengan napas yang semakin memburu.
“Ayo lepaskan celanamu itu Dik..”
bisiknya lagi. Dengan hati berdebar keras membayangkan apa yang akan
terjadi kuturuti permintaan Mbak Narsih. Kuhentikan aktivitasku di dada
Mbak Narsih dan melepas celanaku pelan sekali. Soalnya takut ketahuan
tetangga di sebelahku, yang sempat kulirik mereka juga sedang
krusak-krusuk sendiri dalam gelap. Aku tahu itu dari bunyi kain yang
bergeser-geser. Setelah melepas celanaku dan menyimpannya di tas Mbak
Narsih aku mulai beraktivitas lagi.. dan Mbak Narsih juga. Kami saling
meraba lagi. Batang kemaluanku yang sudah sangat keras (dalam bahasa
Jawanya ‘ngaceng berat’) diurut dan diremas dengan lembut oleh Mbak
Sum.. menimbulkan rasa geli yang luar biasa.. Aku sempat tak bisa
bernapas merasakan hal ini.. Tanganku pun sekarang mulai berani bergerak
sendiri. Sasaranku sekarang adalah bagian bawah Mbak Narsih. Dari
perutnya yang sudah agak gendut sedikit tanganku bergeser turun dan
tersentuhlah gumpalan rambut pekat di selangkangan Mbak Narsih.
“Terushh.. Dikk.. hhkk, ya.. itt.. itu..” bisik Mbak Narsih sambil terus
menjilat lubang telingaku. Tanganku terus menyisir celah celah di
tengah rimbunan rambut itu yang sudah basah dan panas. Celah itu
kurasakan begitu licin dan basah.. lalu dengan rasa ingin tahu..
kumasukkan jari ku di tengah-tengah celah sempit itu. Aku kaget.. karena
tiba-tiba jariku seolah tersedot dan terdorong oleh gerakan celah di
selangkangan Mbak Narsih itu. Dengan naluri alami tanganku mulai meraba
dan meng’obok-obok’ selangkangan Mbak Narsih yang semakin basah. (Jadi
bukan cuma Yoshua yang bisa ‘ngobok-obok’ aku juga bisa kok! Hayoo siapa
diantara pembaca (cewek tentunya) yang mau di ‘obok-obok’ silakan kirim
e-mail!) Mbak Narsih semakin kelimpungan saat jari-jariku yang nakal
mulai memasuki liang hangat dan basah di selangkangan Mbak Narsih.
Jariku terus bergerak masuk ke celah-celah hangat dan licin itu hingga
sampai pangkal.. dengan cepat kuhentak tarik keluar.. srett.. Mbak
Narsih hampir memekik kalau tidak buru-buru menggigit leherku saat
kutarik jariku dengan cepat dari jepitan liang kemaluannya. Lalu
pelan-pelan kudorong jariku masuk dalam jepitan kehangatan liang
kemaluan Mbak Narsih, kutarik lagi cepat dan kodorong pelan-pelan..
begitu terus kulakukan berulang ulang hingga akhirnya Mbak Narsih
berkelejat dan tubuhnya seolah tersentak. “Ohk.. shh.. akhh” bisik Mbak
Narsih sambil terus menggigit keras leherku.
Karena kukira Mbak Narsih merintih
kesakitan, spontan kuhentikan gerakan jariku. “Terush.. Dikk.. ter..
ouch..” rintihnya pelan sekali saat kuhentikan gerakan jariku di liang
hangat diselangkangannya yang semakin licin oleh lendir yang keluar dari
liang kemaluannya.
Mendengar permintaannya, otomatis jariku
mulai bergerak semakin liar di dalam kehangatan liang kemaluan Mbak
Narsih yang semakin berlendir dan licin. Tubuhnya meliuk liuk dan
tersentak berkejat-kejat seiring dengan gerakanku. Gerakannya semakin
lama-semakin lemah dan berhenti.. jariku tetap terjepit kehangatan liang
kemaluannya, lalu kedua tangan Mbak Narsih memegang kedua pipiku dan
diciumnya bibirku dengan mesra sekali. “Kamu pintar Dik..” bisiknya
mesra.
“Mbak rasanya seolah mengawang tadi”
“Kukira tadi Mbak Narsih kesakitan.. makanya kuhentikan gerakanku” bisikku
“Enggak.. Mbak enggak sakit kok.. justru nikmat sekali..” bisiknya manja.
“Sekarang biar Mbak yang gantian
memuaskan kamu” balasnya. Kemudian dengan pelan, karena takut ketahuan
pasangan di sebelah (Yang aku yakin juga sedang melakukan hal yang sama
dengan kami!) Mbak Narsih mulai menaiki tubuhku. Dikangkangkannya
kakinya dan dipegangnya batang kemaluanku yang sudah ngaceng berat
seperti meriamnya Pak tentara yang siap menggempur GAM. Lalu
digesek-gesekkannya palkonku (kepala kontol ‘palkon’) di celah hangat di
selangkangannya yang sudah sangat licin dan basah. “Hkk..” napasku
seolah terhenti saat batang kemaluanku mulai terjepit erat dalam
kehangatan liang kemaluan Mbak Narsih.
Sensasi terhebat dalam hidupku! Dan
barangkali inilah awal sejarah hilangnya keperjakaanku! Yang selanjutnya
akan merubah kehidupanku! (Akan kuceritakan kelak). Dengan pelan tetapi
pasti.. alon-alon asal kelakon.. batang kemaluanku mulai menyeruak
masuk dalam jepitan kehangatan liang kemaluan Mbak Narsih. Mataku
terbeliak menahan nikmat yang tiada tara.. (Mungkin inilah yang namanya
sorga dunia ya?). “Mbak..” bisikku di telinga Mbak Narsih, “Geli Mbakk”
“Hushh.. diam saja nikmati saja” balas Mbak Narsih mesra.
Aku menggigit bibir menahan nikmat yang
tiada tara. Mbak Narsih terus berkutat di atas perutku, bergoyang dan
berputar pelan. Hingga akhirnya seluruh batang kemaluanku tertelan dalam
kehangatan liang kemaluan Mbak Narsih. Seluruh batang kemaluanku masuk
sampai ke pangkalnya sampai kurasakan palkonku menumbuk sesuatu di dalam
sana. Mbak Narsih pun mungkin merasakan hal yang sama denganku, kutahu
itu dari napasnya yang tersengal-sengal. Gesekan demi gesekan dari kedua
kemaluan kami menghangatkan dinginnya malam di Gn Kmks itu. Kami sudah
tidak peduli lagi dengan pasangan-pasangan lain di sekitar kami. Yang
kami tahu adalah bagaimana mereguk nikmat dan menuntaskan hasrat yang
sudah hampir mencapai klimaksnya. Mbak Narsih terus bergerak pelan.
Lama-lama gerakannya sudah mulai tidak teratur dan kurasakan Mbak Sum
menggigit leherku lagi. Aku pun hampir saja berteriak menahan sesuatu
yang hampir meledak dari dalam diriku. Kurasakan dorongan semakin kuat
mengehentak bagian bawah perutku. Gerakan Mbak Narsih semakin tidak
teratur dan gigitannya semakin kencang.
“Ouchkk.. Dikk.. Mbak mau kelu.. arrghh” bisiknya sambil tubuhnya mengejat-ngejat di atas perutku.
Akupun sepertinya tidak mampu lagi
menahan dorongan yang menghentak dan akhirnya tanpa dapat kupertahankan
jebollah sudah pertahananku. Crrt.. crett.. crett.. crett.. crett..
keluarlah lahar panas dari ujung palkonku yang membasahi dan menyiram
rahim Mbak Narsih. Tubuhku seolah melayang dan terhentak seperti terkena
arus listrik. Kurasakan puncak sensasi bersetubuh yang ruarr biasa..
Tanganku mencengkeram bongkahan pantat Mbak Narsih yang masih saja
bergerak liar untuk mencoba menghentikannya. Tetapi semakin erat kutahan
semakin liar gerakannya hingga aku pasrah saja dan menikmati sensasi
semampuku.
“Mbak sud.. sudah.. Mbak.. ohh” bisikku di telinganya.
“Mbak sud.. sudah.. Mbak.. ohh” bisikku di telinganya.
Rupanya saat aku mencapai orgasme tadi
Mbak Narsih juga sedang mencapai orgasme sehingga sulit kuhentikan
gerakannya. “Kamu hebat Dikk..” bisiknya mesra sekali.
“Mbak puas sekali..”
Kami masih terus berpelukan beberapa
saat. Mbak Narsih masih menindihku dan batang kemaluanku masih erat
terjepit dalam liang kemaluannya. Dan secara perlahan kurasakan batang
kemaluanku mulai terdorong keluar akibat kontraksi liang
kemaluannya..lalu tubuh kami sama-sama tersentak saat batang kemaluanku
terlepas sendiri dari jepitan liang kemaluannya. Kami saling
berpandangan mesra dan tersenyum.. Duh manisnya Mbak Narsih kalau
tersenyum (Aku membatin andai saja Mbak Narsih ini jadi istriku betapa
bahagianya aku). “Mbak aku kok jadi sayang sekali sama Mbak”.. bisikku
mesra.
“Mbak juga kok Dik..” balasnya.
“Nanti kita pulangnya mampir dulu istirahat di losmen di depan stasiun Blp.. mau kan?” lanjutnya.
“Mau dong.. masa mau menolak rejeki” jawabku nakal.
“Memang Mas Gun enggak marah?” tanyaku.
“Enggak kok.. malah dia yang nyuruh aku
untuk ke sini melakukan ritual.. malahan dia yang memilihkan
pasangannya.. ya Dik Wawan itu” jawabnya santai.
(Sialan gerutuku dalam hati. Rupanya aku
mau dijadikan tumbal pesugihannya! Tapi biarin dah, yang penting
nikmatt). Mulai detik itu aku berjanji dalam hati akan mengerjai
istrinya habis-habisan atas keputusannya menjadikanku sebagai tumbal
pesugihannya. Dan janjiku akan kubuktikan sebentar lagi. Pagi sekali,
kira-kira jam 04.00 pagi satu per satu pasangan yang telah menjalani
laku gila ini mulai beranjak pulang. Kami pun ikut pulang ke tempat
kami. Dinginnya udara pagi tak kurasakan, karena Mbak Narsih yang
kubonceng memeluk erat tubuhku sepanjang perjalanan. Tubuhku jadi hangat
apalagi dada Mbak Narsih yang kenyal menekan erat punggungku. Kupacu
kendaraanku kencang-kencang takut kesiangan. Sementara Mbak Narsih tetap
erat memelukku dan tangannya tak ketinggalan dimasukkan ke dalam
celanaku dan meremas-remas batang kemaluanku sepanjang perjalanan itu.
Mendapat perlakuan itu, tentu saja adik kecilku bangkit berdiri dan
memberontak seolah hendak menyeruak keluar dari sarangnya. Remasan dan
pelukan Mbak Narsih membuatku melupakan dinginnya udara pagi dan lamanya
perjalanan dari Gml ke kota S yang kira-kira sejauh 30 Km itu. *****
Selang setengah jam kemudian kami pun sampai ke kota S, dan kami pun
menuju daerah sekitar stasiun Blp untuk mencari penginapan yang “Sesuai”
(sepi dan asoy). Setelah berputar-putar beberapa saat, kami pun
menemukan sebuah losmen yang cukup bersih dan letaknya agak tersembunyi.
Kami memilih kamar yang mempunyai kamar mandi di dalam agar privasi
kami lebih terjaga. Setelah check in aku langsung masuk kamar mandi dan
mulai membuka seluruh pakaianku untuk mandi. Sementara itu Mbak Narsih
langsung tiduran sambil menonton acara televisi pagi. Sedang
asyik-asyiknya menyabuni tiba-tiba Mbak Narsih masuk kamar mandi dan
sudah telanjang bulat tanpa selembar benangpun yang menutupi tubuhnya
yang indah itu. Aku terpana dan tanpa sadar menghentikan kegiatanku.
Mulutku melongo menyaksikan pemandangan yang terlalu indah untuk
dilewatkan begitu saja. Ya.. walaupun kami pernah bersetubuh, tetapi aku
belum pernah melihat seluruh tubuhnya sejelas ini. Tadi malam kami
bersetubuh dalam gelap dan itupun kami masih terbalut pakaian atas kami
masing-masing. Benar-benar luar biasa pemandangan yang terpampang di
hadapanku ini. Walaupun perutnya agak berlemak, namun keindahan tubuh
Mbak Narsih masih sangat mempesona. Kulitnya yang khas wanita Jawa
berwarna sawo matang tampak mulus tanpa cacat. Rambutnya yang hitam
lurus, sebahu panjangnya tampak indah tergerai. Dan payudaranya yang
masih cukup kencang menggantung indah dengan puting yang mencuat
kecoklatan. Sedikit turun ke bawah bulu-bulu hitam keriting memenuhi
gundukan bukit kecil di bawah perutnya. Luar biasa! Aku sampai melongo
dibuatnya. Apalgi tubuhnya tersorot lampu neon dari kamar tidur dan dari
kamar mandi sekaligus.. “Lho.. kok mandinya berhenti?” Tanya Mbak
Narsih mengejutkanku hingga membuatku gelagapan.
“Eh.. anu.. eh.. Mbak.. kok ma.. masuk
kesini Mbak?” tanyaku gagap dan otomatis tanganku menutupi batang
kemaluanku yang sudah penuh sabun.
“Kenapa emangnya? Apa enggak boleh mandi bareng-bareng?” katanya santai terus dimintanya sabun yang sedang kupegang.
“Sini Mbak mandiin biar bersih!”. Aku pun
mandah saja dan kunikmati elusan tangan Mbak Narsih yang menyabun
seluruh tubuhku. Digosoknya punggungku dengan sabun terus ke bawah
hingga pantatku pun tak lupa digosok-gosoknya. Aku merem melek menikmati
remasan tangan Mbak Narsih di kedua belahan buah pantatku.
“Hayo.. sekarang depannya..” tiba-tiba Mbak Narsih menyuruhku untuk menghadapinya.
Tangannya mengusap leherku terus ke bawah
dan beberapa saat memainkan jarinya di kedua tetekku bergantian. Aku
menahan napas ketika tangannya terus merayap ke bawah dan mulai
menyabuni selangkanganku. Diremasnya batang kemaluanku dengan lembut.
Kontan adik kecilku terbangun dan mengeras seketika. “Lho.. kok terus
kencang?” gurau Mbak Narsih demi melihat batang kemaluanku berdiri tegak
bak petarung yang siap laga. Aku jadi jengah dan sedikit malu.
“Iya soalnya dia tahu ada lawan mendekat” balasku untuk menghilangkan kekakuan.
“Dia tahu sebentar lagi mau disuruh kerja.. he.. he.. he!” gurauku.
“Ah maunya..!” Mbak Narsih memonyongkan bibirnya.
Aku yang sudah sangat terangsang dengan
elusan dan remasan tangannya di selangkanganku langsung saja memeluknya
dan tanpa ba Bi Bu lagi kusergap bibirnya yangs sedang monyong itu.
Kupeluk tubuh telanjangnya dan dengan ganas kucium bibirnya.
“Mphhf..” Mbak Narsih gelagapan saat bibirnya kuserobot dan tanganku erat memeluknya.
Sambil terus menciumnya tanganku dengan
beraninya berkeliaran mengelus punggung Mbak Narsih dan terus ke bawah
ke arah bongkahan pantatnya yang padat. Kuremas kedua belah buah
pantatnya bergantian.
“Dikk.. ohh” Mbak Narsih Cuma bisa melenguh dan menggelinjang dalam dekapanku.
Tangannya semakin liar mengurut dan
meremas batang kemaluanku. Aku sendiri tidak perduli kalau tubuhku masih
penuh dengan busa sabun dan bau keringat Mbak Narsih yang belum mandi
sejak kami bersetubuh semalam.
“Dik.. Mbak.. Mbak be.. belum mandi..” napas Mbak Narsih tersengal-sengal saat dengan ganasnya kuciumi lehernya.
“Biar Mbak mandi dulu.. ughh” Mbak Narsih melenguh minta kulepaskan.
Mungkin ia risih dengan bau keringatnya
sendiri. Lalu kulepaskan pelukanku. Kusiram tubuh Mbak Narsih dengan air
dingin. “Sini Mbak biar gantian ku mandiin” kuraih sabun yang
dipegangnya.
Lalu balik tubuh Mbak Narsih dan kusabun
punggungya. Kugosok bagian punggungnya dan tanganku yang nakal bergeser
terus ke bawah. Begitu tanganku menyentuh bagian pantatnya yang padat
tanganku mulai meremas dengan gemas. Kuelus dan kugosok ke dua belah
bongkahan pantat Mbak Narsih. Setelah puas bermain-main dengan
pantatnya, tanganku mulai menyabun tubuh Mbak Narsih bagian depan. Namun
saat itu posisiku masih dibelakang Mbak Narsih, jadi tanganku menggosok
bagian depannya sambil memeluknya dari belakang. Saking ketatnya
pelukanku, tubuh bagian bawah kami saling menempel ketat. Batang
kemaluanku yang sudah sangat keras tergencet antara bongkahan pantat
Mbak Narsih dengan perutku sendiri. (Pembaca bisa bayangin gimana
rasannya). Luar biasa! Apalagi pantat Mbak Narsih dan batang kemaluanku
sangat licin karena penuh busa sabun. Rasanya syurr.. apalagi Mbak
Narsih sengaja menggoyang-goyangkan pantatnya hingga batang kemaluanku
tergesek-gesek. Nikmatt! Kedua tangan Mbak Narsih diangkat ke atas
kepalanya seolah-olah membiarkanku untuk semakin mudah menggosok kedua
payudaranya dari belakang. Sementara pantatnya yang menggencet batang
kemaluanku sebentar-sebentar digoyang. Aku semakin terangsang hebat
dengan perlakuannya itu. Lalu tanganku kugeser ke arah selangkangannya.
Kugosok gundukan bukit kecil di selangkangan Mbak Narsih yang lebat
dengan rambut. Kusabun dan gundukan bukit itu dengan arah dari atas ke
bawah mengikuti alur celah hangat di selangkangan Mbak Narsih. “Ouchh..
ter.. rushh Diikk” sekarang Mbak Narsih sudah berani bersuara agak keras
karena kami hanya berdua.
Tidak seperti keadaan semalam dimana kami
hanya bisa berbisik-bisik takut ketahuan pasangan lain. Aku semakin
semangat bermain-main dengan bukit kecil di selangkangannya. Tanganku
yang jahil sekali-sekali menusuk masuk ke celah hangat
diselangkangannya. Hal ini membuat Mbak Narsih semakin liar menggerakkan
pantatnya. Akibatnya aku sendiri yang melenguh kenikmatan karena batang
kemaluanku tergencet pantatnya yang licin. “Akhh.. terr.. ushh..” Mbak
Narsih semakin liar menggumam tak karuan saat kukorek-korek liang
kemaluannya dengan jariku.
Kumainkan jariku di dalam liang kemaluan
Mbak Narsih. Dan Mbak Narsih semakin meronta dan menggelinjang saat
jariku memainkan dan menggosok tonjolan daging kecil dalam liang
kemaluannya. Kepalanya mendongak ke atas dan mulutnya setengah terbuka
menahan nikmat. Kugosok terus dan sesekali kutarik tonjolan daging itu.
“Terush.. Dikk.. ohh.. ter.. ruushh” Mbak
Narsih terus menceracau. Dan dengan diakhiri lenguhan panjang tiba-tiba
tubuhnya mengejang.., kepalanya terhentak dan tubuhnya meliuk. Mungkin
dia mencapai orgasme saat kumainkan tonjolan daging di selangkangannya.
Kemudian setelah beberapa saat ia terdiam dan matanya terpejam seolah
menikmati sensasi yang baru saja dirasakannya. Setelah napasnya mulai
teratur diraihnya gayung dan disiraminya tubuhnya dan tubuhku dengan
air. Sambil menyirami sisa busa sabun di tubuhku tangannya mengelus dan
mengurut batang kemaluanku yang sudah sangat kencang (Ngaceng
habis-habisan!). “Dik.. kamu tiduran saja di lantai biar Mbak yang
service sekarang” disuruhnya aku berbaring di lantai kamar mandi.
Aku pun menurut saja apa maunya.
Kubaringkan tubuhku di lantai kamar mandi yang dingin, aku saat itu
berbaring sambil berdiri pembaca! Bayangkan berbaring sambil berdiri!
Aku memang berbaring.. tapi adik kecilku berdiri tegak menunjuk
langit-langit kamar mandi! Setelah aku berbaring, Mbak Narsih merangkak
di atas tubuhku. Ia duduk di atas perutku dan mulai mencium keningku.
Aku memejamkan mata merasakan sensasi luar biasa. Antara napsu dan
sayang. Napsu soalnya selangkangan Mbak Narsih yang hangat menempel
ketat di atas perutku dan batang kemaluanku menempel pantatnya. Sayang
karena aku seolah-olah sedang dimanja. Ya aku sedang dimanja karena aku
tidak diperbolehkan bergerak dan disuruh menikmati layanan total yang
hendak diberikannya padaku. Dari keningku perlahan bibirnya bergerak
turun dan mulai menjilati telingaku kanan dan kiri bergantian. Rasa geli
yang luar biasa menerpaku saat lidah Mbak Narsih menyapu-nyapu lubang
telingaku.
“Akhh.. Mbaak..” bisikku mesra. Tubuhnya
terus bergeser ke bawah saat bibir Mbak Narsih beranjak turun ke
bibirku. Kami saling memagut dan dorong mendorong lidah. Aku yang belum
berpengalaman ikut saja permainan yang diberikan Mbak Narsih. Lidahnya
menyapu-nyapu lidahku dan kusedot kencang-kencang lidah Mbak Narsih.
Akibatnya tubuh bagian bawahnya yang sekarang menindih batang kemaluanku
semakin ketat menekanku. Rasa hangat menjalar dari batang kemaluanku
yang terjepit gundukan bukit di selangkangan Mbak Narsih yang kurasakan
makin licin. Sementara bibir kami saling berpagutan, kemaluan Mbak
Narsih yang menjepit kemaluanku digesek-geseknya dengan pelan. Kembali
lagi kurasakan sensasi luar biasa. Betapa tidak.. walaupun batang
kemaluanku belum memasuki lobang yang semestinya namun karena bibir
kemaluan Mbak Narsih sudah sangat licin jadi kemaluanku yang terjepit di
antara bibir kemaluannya dan perutku sendiri seperti diurut. Batang
kemaluanku mulai berdenyut-denyut. Gerakanku sudah mulai liar tak
terkendali. Namun permainan belum berakhir! The game was just begun!
Permainan baru dimulai! Bibir Mbak Narsih terus menjilat seluruh
tubuhku. Leherku sudah basah oleh liur Mbak Narsih. Dari leher bibirnya
terus merangsek ke bawah, kedua puting dadaku pun habis dipermainkan
lidahnya. Dari sini bibirnya terus ke bawah hingga pusarku pun
dijilatinya habis-habisan. Lagi-lagi sensasi luar biasa menyerbuku saat
lidah Mbak Narsih mengais-ngais pusarku sementara ke dua payudaranya
menempel ketat di batang kemaluanku.! Edann..! Kali ini batang
kemaluanku terjepit di tengah-tengah belahan payudaranya yang kenyal!
Sensasi nikmat semakin meningkat saat tanpa dapat kucegah bibir Mbak
Narsih mulai menciumi batang kemaluanku dari ujung hingga pangkalnya.
Gilaa! “Upff.. Mbaak..” aku setengah memekik saat ujung kemaluanku
serasa terjepit benda hangat!
Ternyata batang kemaluanku sedang dikulum
Mbak Narsih! Dia mengulum batang kemaluanku seperti anak kecil yang
sedang menjilati ‘magnum’ es krim yang terkenal itu! Sambil dikocok
batang kemaluanku dihisapnya habis-habisan! Tidak puas menjilat batang
kemaluanku, Mbak Narsih mulai menjilat kantung pelerku (gaber). Ya
gaberku! (Gaber adalah bahasa Banyumas untuk kantong peler – bukan
pamannya Donal Bebek). Dikuakkannya lipatan gaberku dan dijilatinya inci
demi inci gaberku itu! Batang kemaluanku semakin berdenyut kencang.
Kocokan tangan Mbak Narsih pada batang kemaluanku semakin kencang.
Sekali lagi batang kemaluanku jadi bulan-bulanan mulut Mbak Narsih.
Dikulumnya lagi batang kemaluanku yang semakin berdenyut hingga hampir
seluruhnya masuk ke dalam mulutnya. Mataku semakin membeliak menahan
sesuatu yang mendesak dari perut bagian bawahku. Aku mencoba bertahan
dengan mencoba memegang kepala Mbak Narsih agar diam! Namun semaki
kencang aku memegang kepalanya, semakin kencang pula kepalanya bergoyang
hingga batang kemaluanku dikocok-kocok dengan mulutnya. “Aarghh..” aku
melenguh kencang saat aku tak mampu lagi menahan desakan lahar yang
menyembur keluar dari ujung kemaluanku!
Crat.. cret.. cret.. crett.. crett hampir
lima kali aku menyemburkan air maniku untuk yang kedua kalinya hari
ini! Namun kali ini aku mengeluarkannya di mulut Mbak Narsih! Tubuhku
bergetar dan mengejat-ngejat. Semakin ketat kutekan kepala Mbak Narsih
agar batang kemaluanku semakin dalam terbenam dalam mulutnya! Akibatnya
hampir semua air maniku tertelan olehnya! “Bagaimana Dik Wawan?” Tanya
Mbak Narsih menggodaku, “Enak?”
“Uf.. luar biasa Mbak” jawabku agak malu dan penuh rasa bersalah karena aku mengeluarkan air maniku di mulutnya.
“Sorry ya Mbak aku.. aku.. kel.. keluar di mulut Mbak..”
“Enggak apa apa Dik..” kata Mbak Narsih yang mencoba menenangkanku.
“Malah Mbak senang bisa buat jamu.. hik.. hik.. hik”.
“Ayo sekarang istirahat dulu..” ajaknya sambil menarikku agar bangkit.
Setelah membersihkan diri dan
mengeringkan tubuh kami, kamipun berbaring di tempat tidur sambil
menonton TV berita pagi. Kami masih sama-sama telanjang bulat dan
berpelukan di tempat tidur. Mungkin karena terlalu mengantuk dan capai
setelah semalaman tidak tidur ditambah ejakulasi dua kali membuatku
langsung terlelap. Aku tidak tahu telah berapa lama tertidur sambil
memeluk tubuh telanjang Mbak Narsih. Aku tersadar saat tubuh bagian
bawahku terasa geli.. perlahan kubuka mataku dan kulihat Mbak Narsih
sedang menciumi tubuh bagian bawahku. Aku diam saja pura-pura tertidur..
padahal si kecil sudah bangun sedari tadi. Batang kemaluanku
berdenyut-denyut saat seluruh batang kemaluanku masuk dalam kuluman
mulut Mbak Narsih yang hangat dan bergelora. Lidahnya yang kasar dan
panas menyapu-nyapu ujung kemaluanku yang membuatku tak sadar
menggelinjang hingga Mbak Narsih tahu kalau aku hanya pura-pura masih
tidur!
“Rupanya kamu nakal ya!” katanya sambil memencet batang kemaluanku yang sudah sangat keras itu.
“Rupanya kamu nakal ya!” katanya sambil memencet batang kemaluanku yang sudah sangat keras itu.
“Awas kamu”, ujarnya lagi.
“Adaoww” jeritku manja.
Rasanya sakit tapi enak juga dipencet
oleh tangan Mbak Narsih yang halus itu! Pembaca gak percaya? (Boleh
dicoba ntar kuminta Mbak Narsihku memencet pembaca yang penasaran! Ha..
ha.. ha). Aku semakin menggelinjang kegelian campur sedikit ngilu saat
mulut Mbak Narsih menyedot buah pelerku kencang-kencang. Geli tapi
ngilu.. ngilu tapi geli.. pembaca bisa bayangin gimana rasanya..
pokoknya campur aduk deh.. sulit digambarkan dengan kata-kata..
Tiba-tiba Mbak Narsih membalikkan posisinya.. mulutnya masih sibuk
melumat batang kemaluanku tetapi sekarang tubuh bagian bawahnya digeser
ke atas sehingga gundukan bukit di bawah perutnya yang lebat ditumbuhi
bulu hitam sekarang tepat berada di hadapan wajahku. Kedua kakinya
mengangkangi wajahku sehingga jelas kulihat belahan merah jambu segar di
tengah-tengah gundukan itu. Ada bau khas semacam bau cumi-cumi segar
menyeruak lubang hidungku.. oo.. rupanya seperti inikah bau kemaluan
wanita.. seperti bau cumi-cumi.. orang Korea bilang katanya bau Ojingo
atau bahasa kitanya cumi-cumi! Segar dan sedikit amis.. gitu! Aku yang
baru kali ini melihat dari dekat bentuk kemaluan wanita dewasa menjadi
terpesona melihat pemandangan seperti itu. Mengetahui aku diam saja Mbak
Narsih yang tadinya asyik menjilati batang kemaluanku berhenti
melakukan aksinya lalu diturunkannya pantatnya pelan-pelan sehingga
lubang kemaluannya menekan hidung dan mulutku. Aku yang sedang melongo
jadi gelagapan karena tiba-tiba kejatuhan memek! Pas dimulut dan
hidungku lagi! (Pembaca pernah enggak kejatuhan memek? Kalau belum bisa
dicoba suruh aja cewek pembaca ngangkang di atas dan melakukan aksi
seperti itu! Pasti ditanggung kaget tapi nikmat! Ha.. ha.. ha!) Begitu
liang kemaluan Mbak Narsih yang sudah basah dan panas menekan mulutku
otomatis tanpa disuruh bibirku melahap seluruh cairan yang membasahi
liang kemaluan Mbak Narsih.. rasanya.. sedikit agak asin.. Lidahku
menyeruak masuk ke dalam liang kemaluan Mbak Narsih hingga kepala Mbak
Narsih terdongak dan pantatnya semakin menekan wajahku. “Shh.. terusshh
Diikk.. ohh” Lidahku terus menerobos liang kemaluannya dan masuk
sedalam-dalamnya.
Aku semakin gelagapan susah bernapas
karena kemaluan Mbak Narsih begitu ketat menekan mulut dan hidungku.
Tekanan pantatnya semakin ketat saat tubuhnya meliuk-liuk dan
berkejat-kejat saat kusedot tonjolan daging di sela-sela liang
kemaluannya. Mbak Narsih menjerit dan semakin kuat menekankan pantatnya
hingga hidung dan mulutku seolah amblas ditelan bongkahan liang
kemaluannya yang menindihku. “Upf.. brr..! Karena tak tahan susah
bernapas kusembur kencang-kencang liang kemaluannya hingga menimbulkan
bunyi aneh seberti kain robek. Brrtt..!
“Ihh..” Mbak Narsih menjerit kaget atas kenakalanku itu.
“Awas ya.. entar Mbak balas kamu..” jeritnya manja.
“Abis.. aku enggak bisa bernapas.. Mbak
juga sih..” balasku tak kalah manja sambil meremas-remas bongkahan
pantatnya yang sekal dengan gemas. Mbak Narsih pun membalas aksiku tadi.
Kini disedotnya kuat-kuat lubang saluran kencingku.. aku sempat
mengawang merasakan kenikmatan yang tiada tara ini. Aku pun balas lagi
kutekan pantatnya dan kudekatkan bibir kemaluannya ke mulutku dan mulai
mlumat bibir kemaluannya dengan gemas. Kembali Mbak Narsih menggelinjang
dan akhirnya tak tahan sendiri. “Oh.. su.. sudah diikk..!” desisnya,
“Mbak sudah enggak kuat..” Lantas ia mengubah posisinya. Sekarang kami
berhadap-hadapan dan Mbak Narsih masih di atas tubuhku. Dengan
tanggannya batang kemaluanku dicocokkannya ke liang kemaluannya yang
sudah sangat licin. Setelah tepat kemudian ditekannya pantatnya pelan
pelan hingga batang kemaluanku mulai menyeruak kehangatan liang
kemaluannya. Aku menggigit bibirku agar tidak melenguh. Hingga bless..
hampir seluruh batang kemaluanku terbenam dalam kehangatan liang
kemaluan Mbak Narsih. Mbak Narsih menghentikan gerakannya dan kami
menikmati keindahan saat-saat menyatunya tubuh kami. Kami saling
bertatap pandang dan tersenyum mesra. Oh.. alangkah mesranya.
“Aku sayang kamu Dikk..” bisik Mbak Narsih di telingaku dengan mesra.
“Aku juga Mbak..” balasku tak kalah mesra.
Kemudian bibir kami saling berpagutan.
Lidah kami saling bertaut. Dengan pelan Mbak Narsih mulai menggoyangkan
pantatnya naik turun di atas tubuhku. Batang kemaluanku semakin kencang
tergesek-gesek dalam jepitan liang kemaluannya. Tanganku tak tinggal
diam. Kuremas buah pantat Mbak Narsih dengan gemas. Semakin lama semakin
cepat Mbak Narsih menggoyangkan pantatnya di atas tubuhku. Mulutnya tak
henti-hentinya mendesis dan merintih. Aku pun mengimbangi gerakannya
dengan memutar pinggulku menuruti instingku. Mbak Narsih semakin liar
menggoyangkan pantatnya dan mulutnya semakin kencang merintih. “Ouch..
terushh.. Diikk..” mulutnya terus merintih.
“Mbak mau kell.. oohh..” belum habis ia
bicara ternyata Mbak Narsih sudah sampai ke puncak pendakiannya.
Tubuhnya meliuk dan berkejat-kejat bak terkena aliran listrik yang
dahsyat. Aku pun semakin kencang memutar pantatku mengimbangi gerakannya
dan terdorong keinginan untuk memuaskan hasrat wanita yang kusayangi
ini. “Kamu.. hebb. bathh..” bisik Mbak Narsih mesra. Beberapa kali ia
menggelepar di atas tubuhku dan akhirnya tubuhnya ambruk di atas
perutku. Ia terdiam beberapa saat. Kubiarkan Mbak Narsih untuk menikmati
keindahan yang baru diperolehnya. Aku yang sudah dua kali mengeluarlan
air mani selama satu malam itu merasa belum apa apa. Setelah napasnya
mulai teratur kubisikkan agar Mbak Narsih mengubah posisi. Sekarang
kuminta Mbak Narsih tengkurap di ranjang dan kujulurkan kedua kakinya ke
lantai hingga pantatnya yang indah menungging di tepi tempat tidur.
Perutnya kuganjal dengan bantal hingga posisi menunggingnya agak tinggi.
Indah sekali pemandangan yang terpampang di hadapanku. Betapa tubuh
telanjang Mbak Narsih dengan pantatnya yang indah tengkurap dengan
posisi menungging. Kunikmati pemandangan ini beberapa saat hingga Mbak
Narsih mengomel manja. “Ayo.. tunggu apa lagi” dia mengomel dengan
manja. Aku pun menempatkan posisiku tepat di belakangnya. Dengan berdiri
kucocokkan batang kemaluanku ke liang kemaluannya dari arah belakang.
Kugesek-gesek liang kemaluannya dengan kepala batang kemaluanku agar
licin. Setelah licin, dengan pelan kutekan batang kemaluanku hingga
menyeruak liang kemaluan Mbak Narsih. Beberapa kali kukocok batang
kemaluanku sebelum kubenamkan seluruhnya. Mbak Narsih mulai mendesis dan
dengan pelan mulai menggoyangkan pantatnya mengimbangi gerakanku.
Setelah beberapa kali kocokan dengan sekuatnya kutekan pantatku hingga
seluruh batang kemaluanku amblas ke dalam liang kemaluan Mbak Narsih.
Kepala Mbak Narsih terdongak saat tulang
kemaluanku beradu dengan pantatnya. Plok.. plok.. plok terdengar bunyi
beradunya tulang kemaluanku dengan pantatnya hingga menimbulkan gairah
tersendiri bagiku. Apalagi mulut Mbak Narsih kembali mendesis dan
merintih saat batang kemaluanku mengocok liang kemaluannya. Aku semakin
bersemangat memacu dan mengayunkan batang kemaluanku dalam jepitan liang
kemaluannya. Mbak Narsih semakin liar menggoyangkan pantatnya membuat
mataku terbeliak menahan nikmat. Karena dengan gerakannya itu batang
kemaluanku seolah-olah diremas-remas dan dipelintir. Kutekan pantat Mbak
Narsih agar tidak terlalu kencang berputar. Aku bisa menahan napas lega
begitu aku dapat mengontrol diriku agar tidak terbawa permainan Mbak
Narsih. Aku ingin berlama-lama merendam batang kemaluanku dalam jepitan
kehangatan liang kemaluannya. Aku tidak ingin cepat-cepat selesai.
“Ayoo.. kok pelan..” protes Mbak Narsih begitu aku memperlambat tempo.
Pantatnya semakin kencang. Kembali ia memutar pantatnya semakin lama
semakin cepat hingga aku kembali merasakan desakan yang sangat dahsyat
menekan dari perut bagian bawahku. Aku harus berusaha keras menahan
desakan yang menggelegak dan kembali kutekan pantat Mbak Narsih agar
tidak terlalu cepat berputar. Batang kemaluanku yang terjepit dalam
kehangatan liang kemaluannya seolah-olah terpelintir dan terjepit kian
erat. Ujung kemaluanku terasa berdenyut-denyut seperti mau meledak.
Semakin lama denyutan di ujung batang kemaluanku semakin kuat. Apalagi
pantat Mbak Narsih bukan hanya berputar, tetapi sesekali diselingi
dengan gerakan maju mundur mengikuti ayunan pantatku. Rasanya aku sudah
tidak kuat lagi untuk mengeluarkan air maniku. “Akhh.. Mbaak.. aku..
aku.. ma..” napasku kian tersengal hampir tak kuat lagi menahan gejolak.
Mbak Narsih semakin liar memutar pantatnya. Payudaranya
berguncang-guncang seiring dengan gerakan tubuhnya yang liar. Suara
beradunya pantat Mbak Narsih dengan tulang kemaluanku semakin keras
bercampur dengan deru dengusan napas dan rintihan kami.
Aku semakin cepat mengayunkan pantatku
maju mundur disambut dengan gerakan meliuk dan maju mundur pantat Mbak
Narsih. Gerakanku semakin tak teratur saat desakan yang sudah tak mampu
lagi ku bendung meledak. Ujung batang kemaluanku berdenyut kian kencang
dalam jepitan liang kemaluan Mbak Narsih. “Arghh..” aku melenguh kuat.
Mataku terbeliak dan tubuhku tersentak seperti terkena aliran listrik.
Kucengkeram buah pantat Mbak Narsih dan kutekan dengan kuat hingga
batang kemaluanku semakin dalam menghunjam ke dalam liang kemaluannya.
Crat..! crat.. crat.. crat.. cratt.. Hampir lima kali kusemburkan air
maniku kedalam rahim Mbak Narsih. “Ouch.. shh..” Mbak Narsih pun rupanya
mengalami orgasme pada saat yang bersamaan denganku. Tubuhnya meliuk
dan ikut berkelejat dan beberapa saat kemudian tubuh kami ambruk. Batang
kemaluanku masih terjepit erat dalam liang kemaluan Mbak Narsih.
Kubiarkan saja batang kemaluanku di sana. Aku rasanya sudah tak punya
tenaga untuk menariknya. Kutindih tubuh telanjang Mbak Narsih yang masih
nungging di atas tempat tidur empuk itu. Kami sama-sama mengatur napas
setelah berpacu dalam nikmat (Mirip acarany Mas Koes Hendratmo aja Cuma
dia bikinnya ‘Berpacu dalam Melody’ Ha.. ha.. ha!) Kami sama-sama
terdiam. Kupeluk tubuh Mbak Narsih. Tubuh kami sama-sama basah dengan
keringat. Aku masih sempat merasakan liang kemaluan Mbak Narsih
berdenyut-denyut menjepit batang kemaluanku yang sengaja tidak kulepas.
Perlahan-lahan batang kemaluanku mulai terdorong keluar oleh denyutan
liang kemaluan Mbak Narsih. Plop.. akhirnya batang kemaluanku terlepas
dari jepitan liang kemaluan Mbak Narsih dengan sendirinya. Kugigit ujung
telinga Mbak Narsih sebagai ungkapan rasa sayangku. Kami bertatapan dan
saling tersenyum mesra. “Kamu cepat pintar.. sayang” bisik Mbak Narsih
mesra.
“Siapa dulu dong instrukturnya..” balasku
sambil mencium bibirnya. Kembali bibir kami saling bertautan. Batang
kemaluanku yang baru saja ‘terlempar’ keluar dari liang kemaluan Mbak
Narsih mulai berlagak lagi. Perlahan namun pasti ia mulai mengeras.
Gila! Baru berdekatan aja sudah bertingkah. Mungkin capai dengan posisi
nungging, Mbak Narsih pun menggulingkan tubuhnya dan kini kami saling
menindih dengan posisi saling berhadapan lagi. Bibir kami masih tetap
saling melumat dan lidah kami pun saling dorong mendorong. Batang
kemaluanku yang sudah keras kembali menempel ketat pada gundukan di
selangkangan Mbak Narsih yang hangat dan mulai basah lagi. Tanganku pun
tak mau diam. Kedua payudara Mbak Narsih yang sekal menjadi
bulan-bulanan tanganku yang sibik remas sana remas sini, raba sana raba
sini.. Mendapat perlakuanku yang agak kasar, tubuh Mbak Narsih
menggelinjang di bawah tindihan tubuhku. Napasnya mulai memburu. Lalu
tangannya mencari-cari dan akhirnya terpeganglah batang kemaluanku yang
sudah sempurna dan siap tempur. Dibimbingnya batang kemaluanku ke
celah-celah di selangkangannya dan digesek-gesekannya di celah hangat
dan sempit itu. Setelah licin tiba-tiba kedua tangan Mbak Narsih
memegang pantatku dan ditariknya hingga batang kemaluanku kembali
menghunjam liang kemaluannya dan bersarang di sana. Kembali kami
mengulang persetubuhan kami. Entah berapa babak kami bertempur hari itu.
Kami baru pulang ke rumah kami masing-masing setelah waktu check out
habis, antar jam 1 atau jam 2 siang itu. Kami pun berjanji akan
meneruskan ritual di Gn Kmks malam Jum’at berikutnya. ***** Sampai
disini dulu kisahku. Kelak akan kuceritakan pengalaman lain dengan Mbak
Narsihku. Untuk itu mohon pembaca sedikit bersabar.
Khusus Dewasa 17+
BalasHapusBokep Top Indo
Download Bokep Gratis
Cerita Sex Dewasa
Cerita Anak dewasa Sex
Trik Dapat Cewek Haus Ssex
Cara Puaskan Tante-Tante Girang
Ikut Menyimak artikel anda min, klo sempet berkunjung balik ya min, Kilk artikel aku www.kedaiobatimport.com ..
Aku Tunggu artikel anda berikutnya Ya.. #Pembaca_Setia_Blog_ANDA By: Faris Des'tavino
INFO KESEHATAN DAN KECANTIKAN
✔ Obat Pembesar Penis Vimax Asli
✔ Alat Vacum Pembesar Penis
✔ Pembesar Penis Celana Vakoou Usa
✔ Pelangsing Fruit Plant
✔ Obat Perangsang Wanita
✔ Obat Penyubur Sperma
✔ Obat Kuat Sex
✔ Obat Bius Liquid Sex
✔ Alat Pembesar Panyudara
✔ Pemerah Bibir
✔ Perontok Bulu Kaki
✔ Cream Pemutih Wajah
✔ Obat Peninggi Badan
✔ Obat Perapat Vagina
✔ Cream Pembesar Pantat
✔ Obat Penggemuk Badan
✔ Alat Bantu Sex Wanita
✔ Alat Bantu Sex Pria
Best sangat cerita ni.. Buatkan saya nak baca tiap hari..
BalasHapusTumpang Iklan
Abang..janganlah..
Tak nak...sakit...
>>>Enlargexl:Besarkan Zakar dan Panjangkan Zakar Semula Jadi! <<<
KotaBugil.com Kumpulan foto vulgar dewasa terupdate gambar HD
BalasHapusNovelSeks.org Koleksi cerita sex terbaru piliham terbaik
LihatMovie.com Situs nonton film bioskop online sub indo
TMK19.com Streaming nonton video bokep HD full movies
Koleksi Foto Dewasa Terlengkap
BalasHapusFoto Cewek Bugil
Foto Jilbab Telanjang
Foto Janda Telanjang
Foto Bugil Gambar Telanjang Tante Girang