Cerita
panas ini bermula saat aku di malang, cerita yang panas tersebut
dimulai ketika saya dan client saya sedang mencari sebuah lahan untuk
diolah sebagai perusahaaan, saya kebetulan punya kenalan mempunyai lahan
yang ingin dikembangkan, singkat kata saya sebagai perantara yang
menghubungkan mereka, contact person saya di malang adalah kamila, dia
teman saya waktu kuliah dulu, sebenarnya dia adalah asisten dari seorang
bos wanita yang high clas di kota malang, sore itu kami janji bertemu
di sebuah cafe, tanpa waktu panjang kami mencapai cafe tersebut dan
kulihat camila tersenyum menyambut kami di depan cafe yang dijanjikan,
tempat yang kami sepakati sejak beberapa hari lalu. Mr. Lie juga
tersenyum senang langsung bisa bertemu dengan tangan kanan pemilik lahan
yang akan dikelolanya. Tak terasa lagi penat dan pegal menunggu antrian
kendaraan di area Lapindo, begitu kulihat perawakan Kamila yang cantik
bersama wanita berbahu lebar dan berbuah dada aduhai besarnya itu
disampingnya. - Nona Kamila, Mr Lie.
- Nyonya Peggy, Mr. Lie.
Sok tahu aku memperkenalkan
mereka, padahal aku belum pernah bertemu mereka berdua, kecuali lewat
foto di email yang Kamila kirim.
- Oh Nice to meet you sir, please take a sit – jawab Kamila
- Glad to meet you ma’am – jawab Mr. Lie kepada mereka berdua sambil mengangguk.
Mulailah mereka bertiga
berbicara langsung ke topik obrolan yang membawa kami kemari. Aku sudah
merasa sudah bukan wilayahku lagi untuk ikut berbicara tentang fungsi
pengolahan lahan dekat sungai atau tebing terjal yang dimiliki Nyonya
Peggy, boss dari Kamila. Mr. Lie antusias dengan semangat Kamila
menjelaskan prospek 5 tahun ke depan tentang penggunaan lahan sebagai
tempat rumah makan dan berbagai fasilitas penunjangnya.
Yang pasti, aku mulai merasa
segar meihat Kamila yang mengayunkan tangan, menyorongkan badan,
menggoyangkan bahu dan olah tubuh lainnya saat menjelaskan sesuatu
kepada Mr. Lie. Sekilas aku bisa membaca, Kamila pasti mengenal ilmu
beladiri.
Gerakannya gemulai,
tapi kutahu ia mengayunkan pergelangan tangannya, memuntir, memilin
udara kosong itu bagai penari, tetapi memiliki tenaga.
Sekilas Kamila melirikku sambil
tersenyum, lalu melanjutkan berbicara lagi dengan Mr. Lie. Pikiranku
yang pegal dan penat di jalan tadi bertambah segar saat memperhatikan
Nyonya Peggy, duduk di seberangku. Wanita ini sudah berumur kepala 4
atau melewati awal 50an, tetap terlihat sexy dengan dadanya yang besar,
bahunya yang lebar, tetapi bagian bawahnya ramping. Hebat! pahanya
berisi, tapi tidak terlalu berlemak, panggulnya tidak terlalu lebar,
tetapi perut dan pinggulnya ternyata hampir sekecil perut Kamila. Wow!!
Hampir 2 jam berlalu, mungkin
aku hanya berkedip 2 atau 3 kali saja, karena tidak ingin melewatkan
pemandangan 2 wanita cantik di kota Malang ini. Aku lebih tertarik
dengan gunung hidup yang bergoyang di depanku daripada gunung di Malang
sini.
Aku tersenyum ketika Mr. Lie menjabat tangan Nyonya Peggy sambil tertawa senang kemudian menepuk pundakku,
- I told you, it’s gonne work well. I did tell you, din’t ? – Mr. Lie berbicara kepadaku.
Mereka berbicara meneruskan
negosiasi yang berkesudahan dengan disepakatinya nilai pengolahan lahan
milik Nyonya Peggy. Kali ini aku mengangkat pantatku, berdiri membungkuk
pamit untuk ke kamar mandi. Kamila juga mulai berdiri saat ku berjalan
sambil memperhatikan pantulan kaca di depanku.
Keluar dari toilet, kulihat Kamila berdiri membelakangiku memperhatikan lift yang turun.
- Apa yang menarik dari lift itu ? – tanyaku
Sambil mengerutkan kening memamndangku, Kamila diam saja berusaha tersenyum, kemudian menggelengkan kepala.
- Ia bisa naik turun dengan
kecepatan yang sama, tanpa terasa lelah. isinya keluar masuk sedikit
atau banyak tapi tak terasa lelah. Aku sedikit iri dengan lift tersebut.
-
Jawabku sambil lalu, melewatinya menuju eskalator, menuju tempat pertemuanku tadi.
- Tapi Mas, mereka kan kadang
berhenti kalau sedang kosong, tidak ada yang menekan tombol – Itulah
perlunya saya atau Dik Mila untuk menekan tombolnya. – Ibu jari dan
telunjukku bergerak seolah memutar sesuatu. – Dan, tergantung tombolnya,
Dik Mila, kalau tombolnya pas, dia pasti naik dan turun dengan irama
yang tepat. – senyumku nakal menoleh ke wajahnya
Hah!! agak merah mukanya melihat
telunjukku yang mengacung ke atas sekarang. tapi dia tetap diam saja.
Kamila mengerti candaku ternyata. Kuteruskan saja rada mrepet mrepet
arah porno candaku. Semakin merah mukanya. Entah ia suka atau tidak, aku
puas bisa mengeluarkan unek2 dari Surabaya ke Malang yang ditempuh
berjam-jam gara2 macet Lapindo.
Mr. Lie dan Nyonya Peggy sudah
menunggu kami untuk segera membicarakan menyiapkan dokumen yang akan
ditandatangani di notaris, yang segera kujanjikan 2 hari lagi bisa ke
notaris jika Kamila sudah menyerahkan dokumen yang biasanya dibutuhkan
notaris. Dari perbincangan terakhir, sore ini Mr. lie kembali ke hotel
tadi tempat kami bakal menginap di Malang dihantar sopir Nyonya Peggy,
Nyonya Peggy kembali ke rumahnya di kompleks perumahan daerah sekitar
mall ini naik taxi, dan Kamila kembali ke kantor menyiapkan dokumen2
untuk dibawa ke notaris naik kendaraannya sendiri.
Aku? kupilih jalan sendirian ke arah toko buku di lantai atas tadi.
10 menit, 15 menit saat kubaca majalah F1 di rak toko buku, ponselku berbunyi.
- Ini mbak Peggy, dik. terima
kasih sekali lagi dipertemukan dengan Mr. Lie. sekarang saya bisa ke
Singapore agak lama di sana, merasa tenang lahan di sini bakal dikelola
dengan orang yang tepat.
- Oh iya
Mbak. Terima kasih juga. Dan saya akan bertambah senang seandainya
bonus2 saya ditambah, bukan cuma yang dari Kamila. – candaku.
- Haha, hihihi. Boleh-boleh. Sekarang sedang di mana ? Biar nanti saya ke situ dik.
- Oh saya masih di mall tadi, baca2 buku di toko buku sini.
- Laaah, coba keluar deh dari situ, saya tunggu di mobil dekat tangga lobby nanti. saya pake E300 silver ya.
- Oh iya mbak, saya ke sana, kita langsung ke kantor mbak Peggy atau ke Bank ?
- Hihihi sudahlah kita ketemuan dulu.
Sesaat setelah beberapa waktu
berlalu Akhirnya dengan senang kututup pintu mobil Nyonya Peggy ini,
membayangkan gaming laptop yang baru bakal kubeli. Dapat bonus tambahan.
Huah. Sip.
Nyonya Peggy menghentikan
mobilnya di depan pagar rumah besar, yang membuka otomatis saat nyonya
Peggy menekan klakson 7 kali. Hahahaha. Bukan otomatis, tetapi
pembantunya yang menarik pintu pagar tak terlihat dibalik pagarnya yang
tertutup tanaman rambat.
Sesampai di dalam raung tamu,
- Mau minum apa dik ?
- Apa sajalah mbak. – jawabku melirik pantat yang melenggok ke dalam rumah. aduhai indahnya.
Tak lama kemudian Muncul lagi
tanpa membawa botol atau gelas, tapi sudah melepaskan rompinya, tinggal
blues tipis dan rok mininya, Nyonya Peggy menghampiri dan menarik
tanganku perlahan,
- Yuk, lihat dan pilih sendiri
di kulkas dalam, tidak ada siapa2 kok. suamiku masih di Singapore. Si
Muji di kebun tadi belum waktunya masuk. Kamila tak mungkin kemari
dengan tugasnya yang setumpuk itu.
Gak mungkin. Gak mungkin cuma menawari aku minum….
Genggamannya tetap melingkar di
pergelanganku. Keras, tapi kalau memang aku ingin melepaskannya, dengan
mudah kulepaskan … hanya saja, aku ingin tahu ke mana kita berakhir.
Yah, ke depan kulkas beneran. Okelah, kubuka dan kuamati, kuambil beer
sebotol dan langsung kubuka. Nyonya Peggy disebelahku melepaskan 2
kancing bluesnya yang atas dan tersenyum.
- sedari tadi aku memperhatikan
ke arah mana kedua matamu memperhatikan kami bertiga berbicara, sayang.
kau ingin melihatnya secara jelas ?
Hampir muncrat isi beer dalam
mulutku dibuatnya. Ia tersenyum, lalu meneruskan melepaskan kancingnya
hingga tinggal satu yang paling bawah. Dengan senyum ia mendekat
- Sayang, kau bukalah penutup dadaku ini. Sesak aku dibuatnya.
- Tapi mbak …
-
Jangan ragulah sayang, aku tahu engkau menginginkannya sedari tadi. –
mengambil botol beerku dan meletakkannya di meja dapurnya,
sementara tangan satunya menarik tanganku mengajaknya menyentuh dadanya.
Kulingkarkan tanganku membuka
kancing bra warna biru gelapnya di punggungnya. kulepas ke bawah
tersangkut kancing bluesnya yang masih terkancing satu di bawah itu.
Sungguh indah benar buah dadanya
terbentang besar, dengan puting agak gelap di keduanya. buesar benar
pangkal buah dadanya hingga tak cukup aku mengukur dengan telapak
tanganku.
- HIhiiii iiih – ujarnya
Kuremas keduanya, kutarik seolah olah memeras hingga keujungnya, berulang ulang
- aaahhh, sayang …
Kedua tangannya meraih tanganku,
lalu menarikku mengajaknya ke sofa. Ia mendorongku terduduk di sofa
panjang, lalu mulai membungkuk melepaskan kancing bajuku satu-satu.
Kulingkarkan tanganku memeluk pinggangnya dan mencari2 kancing rok
bawahnya. segera kubuka dan kutarik ke bawah resletingnya bersama dengan
rok bawahnya ke arah lututnya. Mbak Peggy membuka kedua pahanya menahan
roknya jatuh, tapi malah memberi kesempatan tanganku mengelus pangkal
pahanya yang telah terlihat terbungkus celana dalamnya yang halus tipis
itu. Kuelus lembut dan kupijat perlahan bersamaan dengan terbukanya
kancing celana panjangku. Ditariknya celanaku ke bawah hingga tinggal
celana dalamku saja yang menutup pusakakku. Mbak Peggy mengelus pusakaku
secara perlahan dengan genggaman eratnya membuatku meringis … yang
segera membalas dengan mengajaknya berdiri dan bertukar tempat. Ia duduk
sekarang. Tersenyum dan bermata liar ia melirik pusakaku yang berusaha
diraihnya.
- tenang sajalah – bisikku
- coba dinikmati indahnya … – sambil kupijit dan keperah lagi dadanya.
- EHhhh – rintihnya, tangannya masih mencoba meraih pusakaku.
Kali ini dekatkan kepalau ke
dadanya dan kubenamkan mukaku kedalamnya sambil menghisap pangkal hingga
ujung dadanya, bergantian dengan tanganku yang memerah bagian
sebelahnya.
- UUfffhmmm – tanganya di kepalaku sekarang menarik dan menggenggam rambutku yang tidak terlalu panjang ini.
Bukan menarik kepalaku, tapi
malah membenamkan ke dadanya, sambil merintih senang. Kuturunkan
tanganku yang kanan ke bawah, mengangkat paha kirinya dan memijat
betisnya dengan keras kemudian meletakaknnya di atas sofa. Disusul juga
dengan tangan kiriku pada kaki kanannya. Tanpa menunggu lama, kedua
tanganku sudah bermain di bagian paling sensitif miliknya, yang masih
ditutup dengan celana dalamnya yang tipis itu.
- iiiihhh – rintahnya kesenangan.
- hmmm – terusnya kesenangan.
Aku memang mempercepat jariku
bermain dibagian pangkal pahanya yang terbuka lebar itu. Badannya agak
turun naik bersandar di sofa itu menikmati hisapanku dan goyangan
jemariku.
- Sayang … – rintihnya
- yang bawah …. – ujarnya tidak jelas, lirih …
Tangannya kemudian mendorong
turun kepalaku ke perutnya. Terus turun ke pangkal pahanya. Terlihat
bercak bercak basah pada celana dalamnya yang tipis, membentuk indah
apapun yang tersimpan di dalamnya. Kutarik sedikit kain itu kesamping,
memperlihatkan milik mbak Peggy yang berwarna merah muda di tengah hitam
lebat bulu di bagian sekitarnya. Kutarik ke samping dan kuhisap bagian
yang atas, dan menggoyang dengan jemariku lubang dibawahnya. Segera
terdengar rintihan mbak Peggy yang menjadi jadi. Kuteruskan dengan
hisapan dan permainan lidah dibarengi dengan jemariku bermain cepat, aku
mulai menurunkan semua celanaku sampai betiss. Kutarik sebentar
pusakaku menyakinkan keras dan tegangnya sebelum beraksi. Setelah lama
membuat mbak Peggy merintih terus saat kuhisap panggal paha dan
kupermainkan dengan jemariku, aku mulai mengangkat kepalaku bergerak ke
atas menghisap dadanya lagi. Kali ini pusakaku sudah siap meluncur masuk
ke celah yang terbuka dengan bantuan tanganku menjaga celana dalamnya
tetap tertarik kesamping.
- OOOwwwh – teriakan mbak peggy menarik nafas.
Aku sudah mulai mengukur dalam
lubang mbak peggy dengan terus menerus menekan hingga pangkal pahaku
menempel pada miliknya. Tidak bisa masuk lebih dalam lagi, sudah saatnya
kuputar, kutarik, kumasukkan lagi bergantian. Berulang ulang. Mbak
Peggy juga mengerang-erang menikmatinya.
- AAOOuuwwwh – desahnya berulang-ulang.
Badanya mulai miring, mengajakku
berbaring. Kuikuti tanpa menghentikan kegiatanku, kuangkat kaki
kanannya ke sandaran kursi dan kutahan tetap di sana, saat aku berusaha
mendorong-dorong terus tubuhnya saat pusakaku masuk. Kembali memegang
dan mendekap kepalaku ke dadanya ia menikmati apa yang kita berdua
lakukan. Kepala mbak Peggy sudah sampai di ujung sandaran sofa, saat
kutarik dan kudorong tubuhku kearahnya berulang-ulang.
- Aawwhhh. AHH!
- OUUww. OUH!
Ia terus berseru sesuai irama
yang kumainkan. Sekarang kepalanya meluncur turun. tubuhnya mulai ke
bawah, sementara kakinya tetap di atas sofa. Kudorong sedikit meja yang
membuatku terlihat sempit area gelanggang kami, dengan kakiku. Akhirnya
kutarik kakinya ke bahuku, kucondongkan tubuhku menindihnya ke karpet
bulu di bawah, kuhujamkan pusakaku ke liangnya dengan cepat dan ganas
kutarik dan kumasukan bergantian. Mbak Peggy merintih, terengah dengan
mulut terbuka da menoleh ke samping kiri. Matanya terpejam dan terbuka
bargantian.
Kupercepat gerakanku, kutindih
badannya yang terhalang kakinya, terengah aku dibuatnya, dan kurasakan
ujung perjalanan permainku mulai terlihat. Apalagi erangannya terus
menerus membuatku tambah bergairah.
Makin kupercepat gerakanku secepat yang aku bisa lakukan.
Semakin cepat . .. cepat ..
Tak beberapa lama mbak peggy berteriak nyaring
- AAAAARRGGHHHHH! HHSSSSSS ….
Tangannya membentang melebar,
meremas karpet bulunya, dadanya bergetar dan dagu di wajahnya di tarik
ke atas …Bergoyang semua tubuhnya berkelojotan, menyambut keinginannya
yang dicapai.
Aku juga mulai terasa gemetar di
pahaku merasakan kemunculan puncak keinginanku yang telah datang,
Kupercepepat sekilas, akhirnya tersembur keluar energi cairku dan masuk
ke dalam liang lubang indah yang basah milik mbak Peggy.
Dipeluknya kepalaku, beberapa saat berselang kubiarkan moment ini berlalu.
- HRRRRRRRR!! Jangan pulang ya sayang, semalamlah di sini
- Kubuatkan sesuatu tuk menambah energiemu sayang ….
Mbak peggy berdiri ke arah dapur sambil mengenaka blues kemejanya, tapi melepaskan bra dan melemparnya ke atas meja.
Diam
saja tanda mengiyakan, aku meraih pakaianku menuju kamar mandi yang
terbuka sedikit pintunya. Sambil berjalan mengenakan bajuku, dan
menjinjing kedua celanaku aku melirik kejendela ruang tengah yang besar
itu, aku tersentak Muji, pembatu Mbak Peggy, setengah berjongkok dan
bersandar pada kursi teras tengah, memainkan kemaluannya dengan tangan
kanan. Celana dalamnya telah mencapai mata kakinya yang bertemu. Roknya
tersingkap ke atas, dan kancing kaos kerahnya telah membuka
memperlihatkan belahan dada yang ranum putih kencang di dalalmnya.
Tangan kanannya mengusap-usap dengan cepat naik turun dan memutarnya
bergantian di kemaluannya, memperlihatkan bentuk yang indah dengan bulu
yang jarang dan halus disekitarnya. Matanya terpejam, kepalanya terkulai
kebelakang, tangan kirinya memegang pegangan kursi dengan erat.
- SREEEK!! – gesekan pintu kaca geser diruang tengah bersuara nyaring amat sangat mengejutkannya.
Dengan tergesa-gesa ia berusaha berdiri sambil menarik celananya ke atas. Matanya terbelalak menatapku
- Maaf mas!! maaf …
Dengan cepat kuraih kedua tangannya sebelum selesai melakukan tugasnya dengan baik, kutarik ke dalam ruang tengah.
- Lho Muji, kenapa kau ?? – dari dalam nyonya Peggy yang mengenakan blues kemeja tanpa pakaian dalam menghampiri kami.
Sambil kutarik dan kudorong
menuju sofa, Muji yang sempoyongan tersangkut celana dalamnya yang masih
di lutut meminta maaf sambil merengek takut.
- Ampun nyonya, ampun …
- Saya sering melihat nyonya melakukan dengan laki-laki, saya tak sengaja ikut memegang punya saya nyonya.
- Ampun nyonya, jangan dimarahi, maaf kalau sering mengintip dan melihat nyonya, tapi jangan marah.
Dengan refleks aku membungkuk,
menarik ke bawah celananya ke mata kaki, kemudian meraih kaos kerahnya
dan menariknya menutup kepalanya saat ia membungkuk memncoba meraih
celana dalamnya. Masih kebingungan kehilangan keseimbangan segera kuraih
resleting rok bawahnya dan menarik membukanya. Masih bergoyang badannya
bingung ingin membetulkan yang mana, tanganku sudah mendorong memutar
tubuhnya melepaskan branya. Akhirnya kuraih tangannya dan mengangkat ke
depan serta menarik kaosnya hingga terlepas. Muji yang terkejut kejut
akhirnya kudorong terduduk di sofa. Ia kini duduk telanjang menatapku.
Badannya bagus, masih remaja, umur belasan mungkin. Buah dadanya ranum
setangah matang, bulu lembut bawahnya masih halus, kulit tubuhnya
kuning.. Mbak Peggy sudah berada di sebelahku sambil berkata pelan
kepadaku.
- Teruskan sayang, aku mulai menikmatinya. – tangannya mulai memegang pusakaku yang masih terkulai.
Sambil memijitnya, Ia membujuk
Muji agar menuruti kemauanku. Muji yang sekarang menutupi mulut dan
merapatkan kedua tangannya menyembunyikan dadanya yang ketat dan ranum
berusaha menolak sambil menggeleng dan memberikan alasan2 agar kami
tidak melakukan apa2.
- saya belum pernah, Nyonya, saya belum menikah
- Aaah, nanti kau akan terbiasa kok. semua memang ada awalnya.
- tolong jangan diteruskan mas, saya takut … – rintihnya memelas.
Aku bergerak menuju sofa dan
duduk di sebelah kirinya. Sambil merangkul dengan tangan kananku,
kutarik ia sedikit bersandar ke arahku. Mbak Peggy kembali mendekat ke
arahku, meraih pusakaku sambil meremasnya perlahan, dan terus membujuk
Muji menuruti kemauanku.
- Iihhh – rintih Muji, saat aku melakukan usaha pertamaku
Tangan kiriku sudah menggapai
dada kirinya dan meremas buah dadanya secara perlahan, sementara tangan
kananku menarik ke atas tangan yang menutupinya. Dengan cepat kuraih
lehernya dengan mulutku, kuhisap dalam-dalam sambil menggigit gigit
perlahan leher di bawah telinganya.
- Huuuuu .. huuu – Muji mulai menangis perlahan.
Ku melihat matanya mulai basah,
menatap pasrah ke arah kanan ke ruang dapur. Mbak Peggy berhenti
melakukan kegiatannya, berdiri dan bergerak kebelakang sofa. Dengan
kedua tangannya meraih kedua tangan Muji dan menariknya ke atas sambil
berkata
- Sudah tenang saja. Mas ini akan melakukannya. Kau nikmati sajalah daripada melawan. – katanya tegas.
Tangan kananku kutarik dari
belakangnya, dan mulai mengusap dada kirinya, sementara tangan kiriku
mulai turun ke perutnya dan meremas perlahan bawah pusarnya. Dengan
sedikit menekan aku mengarahkan ke bawah, menjamah bulu lembut di
bawahnya dan terus turun ke pangkal pahanya.
Refleks ia mengangkat lututnya,
merapatkan keduanya berusaha melindungi miliknya. Aku segera bergeser ke
depan tubuhnya, dengan kedua tanganku membuka lututnya, terus turun
membuka pahanya. Muji meringis menangis perlahan sambil menundukkan
kepala dan memejamkan matanya. Aku telah berlutut, diantara kedua
pahanya yang menjepit tubuhku. Kepalaku mulai kucondongkan kedepan,
mencoba meraih dadanya yang ranum itu.
- Hiiihhhh – jeritnya diantara sesenggukan tangisnya, saat kuhisap dalam-dalam sambil meremas buah dada di sebelahnya.
Kuteruskan menghisap, dan meremas yang akhirnya kurasakan sedikit bergetar sesaat.
Tangis
Muji berhenti, kepalanya tetap tertunduk dan matanya terpejam. Lehernya
yang terbuka segera kusambar dan kuhisap dalam2 sambil meremas memerah
kedua buah dadanya dengan tanganku.
Tangan Muji mulai meremas
kepalaku saat mbak Peggy melepaskannya. Kembali mbak Peggy bergerak ke
depan sofa. Dan duduk disebelah kanan Muji sambil mengangkat kaki
kirinya ke sofa. Tangan kanannya mulai bergerak memutar pangkal pahanya
sambil memperhatikan kami berdua.
Beberapa saat kubiarkan gerakan
ini hingga mulai terasa nafas Muji sedikit terengah. Kumiringkan ia ke
arah Mbak Peggy yang menyambut dan memeluknya sambil meraih buah dada
Muji. Kuturunkan kepalaku kepusar Muji, terus turun ke arah pangkal paha
yang masih sedikit terkuak itu.
Mbak Peggy sedikit melotot
melihat aku mulai memaksa membuka kuda pangkal paha Muji lebar-lebar,
dan menahan kaki kirinya ke atas sandaran sofa. Wajahku mulai menghunjam
mencium bertubi tubi ke pangkal paha muji. Mempermainkan lidahku di
dalam lubang lempitannya, mencoba meraih dalamnya, dan menyentuh daging
kecil yang menonjol di dalamnya.
Segera kuputar lidahku sambil
menghisap dalam-dalam area disekitar daging kecil itu, yang membuat paha
Muji bergetar lagi sesaat diiringi erangannya.
- Erhh!! mas … – serunya, bingung ingin mengucapkan apa yang dirasakannya.
Kuteruskan gerakanku beberapa
saat, kemudian kutarik tangan kananku ke arah pangkal paha Muji. Kaki
kirinya tetap dibiarkannya terbuka dan berada di sandaran sofa,
menikmati gerakanku di kemaluannya.
Kusentuh kemaluannya dengan
tangan kanan, dan kuraba kucari letak lubang sempitnya, kucoba menyentuh
dan sedikit mendorong ke dalam, membuat Muji mengerang jelas sekarang.
Mbak Peggy mulai mengusap
pangkal pahanya sendiri dengan tangan kanan dengan cepat, sementara
tangan kirinya meremas dan memiijit dada Muji yang bersandar pada
dirinya. Mata mbak Peggy tak berkedip ke arah gerakanku yang mulai pelan
pelan memasuki lubang rapat dekat mulutku itu.
Benar-benar masih sempit!
tertolong dengan kondisi basah liur atau cairan Muji sendiri, jari
tengahku mulai masuk perlahan dan kutarik perlahan bergantian. Muji
terus mengeluarkan suara erangan sambil menutup matanya.
Beberapa saat kemudian Mbak
Peggy bangkit dari sofa, meletakkan tubuh Muji telentang tetap
memejamkan mata, dan mulut sedikit terbuka mengeluarkan erangan2 kecil.
Mbak Peggy berlutut diantara kedua pahaku yang menungging di atas sofa,
meraih pusakaku dan meremas dan memijitnya berulang ulang. Kemudian ia
berputar menengadah keatas mengulum dan menghisap pusakaku dari bawah.
Tubuh Muji maju mundur dengan cepat, telentang di sofa, menggoyang pangkal paha dan menggesekkan dengan cepat ke mulutku.
Berulang
ualng sampai ia membuka matanya, menunduk menatapku di bawahnya, kedua
tangannya dengan cepat mendekap kepalaku dan menariknya masuk
dalam-dalam ke pangkal pahanya diikuti gerakan pantat dan pangkal
pahanya yang semakin cepat.
- UUUUgggghhhhhh – mulutnya meruncing, Muji mengerang nyaring
Tubuhnya bergoyang, otot
perutnya menegang, tangannya menekan kepalaku kuat2, badannya sedikit
terangkat membungkuk ke arahku, sambil berteriak panjang. kedua kakinya
menjepit dadaku dari samping dengan kuat. Muji berkelojotan sesaat,
kemudian berhenti bergerak. Akhirnya Muji terlentang kembali dengan
sedikit lemas dan kembali menutup mata ia membiarkan jari tengahku tetap
bermain-main di sekitar mulut lubang miliknya.
Pusakaku yang sudah kencang
berkat usaha Mbak Peggy, kini kutarik dari mulutnya. Sambil bergerak
maju ke arah Muji aku telah berjongkok di depan pangkal pahanya yang
masih terbuka. Kudorong sedikit belakang lututnya, dan kulebarkan
pangkal pahanya, pusakaku kini telah siap menghujam lubang Muji yang
masih memjamkan matanya.
Perlahan dengan tangan kiriku, pusakaku kumasukan kepalanya ke dalam kubang yang telah basah milik Muji.
- IIIIhhhh!! – sambil memejamkan mata Muji meringis mengerutkan alisnya.
Masih sempit!! milik Muji sempit
sekali. entah belum pernah atau jarang dipakai, pusakaku masih tertahan
setengah kepalanya di mulut lubang Muji. Kutarik dan kubenamkan lagi
perlahan. Sekali lagi Muji merintih sambil meringis. tangannya mulai
mencengkeram sandaran sofa di belakang kepalanya. Sekali lagi aku
menarik dan berusaha membenamkan kepala pusakaku. Muji merintih lagi.
Terus berulang ulang. Kali ini suara Muji tak terdengar, meskipun ia
tetap meringis dan mengerutkan alisnya. Kali ini tanpa kutarik, pusakaku
kubenamkan dalam-dalam, berusaha masuk ke lubang yang sangat sempit
itu. Sambil kugoyang, aku mulai bisa membenamkan sepertiga bagian yang
berulang ulang kutarik maju mundur itu. Mbak Peggy mulai duduk menghadap
kami, sambil tangannya yang satu meremas dada Muji, dan satunya lagi
memijit dan mungusap pangkal paha Muji. Tiba-tiba pusakaku masuk semakin
dalam dengan cepat, terasa pangkal pahaku telah terbentur dengan
pangkal paha Muji, diiringi teriakan nyaring Muji
- AAAAAaahhhhhhh!!! – matanya terbelalak, kembali berair menatapku dan mbak Peggy.
Agaknya aku telah membongkar
dinding dalam lubang Muji, yang masih terasa sempit itu. segera kutarik
setengah dan kubenamkan seluruh pusakaku bergantian berulang ulang.
- AAh!! AAhh!! AAhh!! teriakan pendek Muji dan pahanya yang naik turun menggoyang tubuhnya maju mundur.
Kami melakukanya beberapa saat,
menikmati gesekan dan pijitan di kemaluan kami masing2, yang disambut
dengan berdirinya Mbak peggy dan mulai melangkahi badan Muji, kini Mbak
Peggy berdiri di sofa dengan kemaluannya mengarah wajahku. Kedua
tanganku yang menahan belakang lutut Muji agar pahanya tetap terkuak,
mulai digantikan dengan kaki Mbak Peggy yang berusaha membantuku tetap
membuka pangkal paha Muji. Kedua tangan Mbak Peggy meraih kepalaku dan
membenamkannya di pangkal pahanya sekarang. Dengan refleks tangan kiriku
juga mulai memasuki lubang Mbak Peggy, sementara tangan kananku memijat
erat2 pantanya. Tubuh Muji bergetar lain dari sebelumnya, saat
kupercepat gerakanku menusuk dan mendorong ke arah tubuhnya.
Di saat pusakaku mulai terasa amat sangat tegang, suara Muji terdengar menjerit dan melenguh panjang
- AAAAAArhhhhh oooooooohhhhhhhh -
Terasa tubuhnya bergetar sangat
hebat, pahanya menegang dan kedua kakinya terjulur lurus terbuka lebar
sambil bergetar dan bergoyang cepat. Lalu diam. tak bergerak, hanya
pergelangan kirinya di sandaran kursi terlihat lurus seolah olah jinjit
dan sedikit berbergetar. Ada semprotan basah di dalam lubang Muji saat
kuikut berdiam membenamkan pusakaku ke dalam milik Muji.
Kulirik Mbak Peggy masih
mengahadap langit-lagit menikmati hisapan dan gerakan jari kiriku pada
miliknya. Kutarik ke bawah, turun dari sofa, Mbak Peggy kini kuarahkan
untuk membungkuk menjangkau sandaran sofa. Perlahan kubuka pahanya dari
belakang dan ku arahkan pusakaku ke dalam milik Mbak Peggy yang sudah
siap menerima dari tadi.
Kubenamkan dalam-dalam diiringi tarikan nafasnya yang tertahan
- Hhegh!! -
Aku terus mendorong tubuhku dan
tubuh Mbak Peggy maju mundur mempertemukan pangkal pahanya. Kulakukan
dari belakang sambil memperhatikan pinggang Mbak Peggy yang ramping.
Lubang Mbak Peggy lebih lebar, tak terasa sempit seperti milik Muji, tak
terasa denyutan lembut di dalam seperti milik Muji. Segera saja kucabut
pusakaku dan bergerak ke meja dapur meraih botol beerku tadi.
Mbak
Peggy yang terpejam dari tadi belum mengerti apa yang terjadi, saat
kutarik kesamping tubuhnya dan kudorong telungkup menindih tubuh Muji
yang terlentang di sofa. Sambil menahan tubuhnya, Mbak Peggy mendesah
saat kumasukan pusakaku bersama tiga jariku ke dalam lubangnya.
Kulakukan terus menerus hingga rindu dengan lubang sempit Muji timbul,
melihat bentuknya yang indah dibawah Mbak Peggy.. Akhirnya kucabut
pusakaku, kugantikan dengan botol yang kusiapkan tadi. Lebih besar dari
punyaku memang, tapi Mbak Peggy tetap bergoyang seperti tadi saat
kumasukan kepala botol pada miliknya. Kumasuk dan keluarkan botol sambil
memutarnya, menimbulkan erangan Mbak Peggy semakin keras. Kali ini
kuarahkan kepala pusakaku pada milik si Muji. Kumasukan. Tersentak
tegang otot di sekitarnya. Terkejut si Muji, sambil merangkul Mbak Peggy
ia merintih
- Arrrh …
- Uh!! Uh!!
Suara Mbak Peggy bersahutan
dengan lengkingan si Muji. Pusakaku kembali merasakan sensasi lubang
sempit berbalut lendir dan ada yang berwarna sedikit merah di lubang
Muji. Nikmatnya membuat tubuhku terus bergoyang tak berhenti, sampai
beberapa lama, Saat aku mulai merasa hampir mencapai puncakku,
kupercepat gerakanku. Terdengar teriakan kecil si Muji bersahutan dengan
Mbak Peggy.
Kulepaskan nafasku
di kerongkongan sambil melepaskan cairan hangat keluar dari pusakaku
menyembur keluar mnyemprot liang dalam lubang milik Muji. kurasakan ia
masih bergoyang cepat sesaat sebelum ikut berhenti. Mbak Peggy terlihat
mulai mempercepat gerakannya, goyangannya maju mundur sementara botol
yang kumainkan di dalam milik mbak Peggy semakin dalam dan semakin cepat
berputar dan bergoyang serta keluar masuk.
Sesaat kemudian
- AAAAARRRRGGGHHHH – mbak Peggy
melepaskan suara panjang, melebarkan pahanya dan dengan berkelojotan dan
bergetar hebat pantatnya maju ke depan menjepit botol dan jemari
tanganku.
Selang beberapa saat, kucabut
tanganku beserta botolnya dan kutarik Mbak Peggy ke arah kursi sofa
tungggal, dan kududukan di sana. Terengah engah ia menyandarkan badannya
ke kursi, memejamkan matanya. Kutarik bangun Muji dan kuajak berbaring
di lantai karpet bulu bersama. Sambil mengusap seluruh tubuhnya dan
menjamah bagian2 indah miliknya, aku berbaring di sampingnya beberapa
saat lamanya. Kulihat matanya yang berair meneteskan air matanya, masih
terpejam Muji tersenyum kecil, menikmati petualangannya yang pertama
kali.
Ah, dengan sedikit lemas lututku
aku bergerak meraih kembali pakaianku dan berdiri bergerak ke kamar
mandi, meneruskan rencanaku membersihkan badan yang tadi tertunda…
Khusus Dewasa 17+
BalasHapusBokep Top Indo
Download Bokep Gratis
Cerita Sex Dewasa
Cerita Anak dewasa Sex
Trik Dapat Cewek Haus Ssex
Cara Puaskan Tante-Tante Girang
Ikut Menyimak artikel anda min, klo sempet berkunjung balik ya min, Kilk artikel aku www.kedaiobatimport.com ..
Aku Tunggu artikel anda berikutnya Ya.. #Pembaca_Setia_Blog_ANDA By: Faris Des'tavino
INFO KESEHATAN DAN KECANTIKAN
✔ Obat Pembesar Penis Vimax Asli
✔ Alat Vacum Pembesar Penis
✔ Pembesar Penis Celana Vakoou Usa
✔ Pelangsing Fruit Plant
✔ Obat Perangsang Wanita
✔ Obat Penyubur Sperma
✔ Obat Kuat Sex
✔ Obat Bius Liquid Sex
✔ Alat Pembesar Panyudara
✔ Pemerah Bibir
✔ Perontok Bulu Kaki
✔ Cream Pemutih Wajah
✔ Obat Peninggi Badan
✔ Obat Perapat Vagina
✔ Cream Pembesar Pantat
✔ Obat Penggemuk Badan
✔ Alat Bantu Sex Wanita
✔ Alat Bantu Sex Pria
Call atau WA 085852087449 untuk pesan opium spray obat tepat agar bisa ML dengan nyonya yang cantik dan seksi.
BalasHapusI'm Sonja McDonell, 23, Swiss Airlines Stewardess with 13 oversea towns, very tender with much ideas, also in emergency cases in my wonderful job. I spent 1 week in the Travel hotel in Jakarta last september, before I visited my married neighbour in Medan. I was enchanted about the beautiful girls, who smiled & winked at me on the streets. I couldn't hinder me to talk with some of them. What I heared about their wishes, was a real surprise in the conservative Indonesia. But I understand them, because it's a shame there, when people know, girls have sex together. I'll spend my april vacations again in Indonesia & maybe, I can then fulfill the fantasies of some girls. Can we discuss our desires & experiences?
BalasHapusWith love
sonjamcdonell@yahoo.com
Jual Hammer Of Thor Obat Kuat Di Surabaya
BalasHapusJual Vimax Asli Canada Di Medan
Jual Viagra USA 100mg Di Medan
Jual Hammer Of Thor Di Bali
Jual Obat Anabolic Rx24 Di Surabaya
Jual Obat Forex Asli Di Surabaya
Jual Vimax Asli Canada Di Sidoarjo
Jual Hammer Of Thor Asli Di Medan
Jual Viagra Asli Di Surabaya
Jual Hammer Of Thor Asli Di Sidoarjo